Wahai elang yang terkekang
Adakah kebodohan menyelimutimu
Hingga kau terus terbang
Mengepakkan sayap dengan bangganya
Dan terus memekikkan suara-suara lantang
Tentang dunia yang kau perbaiki
Pagi Ini Alarm Terlalu Cepat Berbunyi
Pagi ini alarm terlalu cepat berbunyi
Menggantikan suara-suara dengkuran
Apa gerangan yang terjadi?
Di saat shubuh masih dalam antrean
Mimpi
Menggantikan suara-suara dengkuran
Apa gerangan yang terjadi?
Di saat shubuh masih dalam antrean
Mimpi
Gumpalan Kata
Ada yang tercekat di leherku
Seperti kata, frasa, yang tak tahu dosa
Mungkin takkan terucap melalui nada
Selamanya
Sebab, itulah aku
Bergumul dalam sebuah harapan hampa
Menerpa badai yang kian agam
Menahan mata mengerjap sendu
Sedang jiwaku terkelapai
Mencegah asa...
Merajut lupa...
Terkekang
Apa jadinya bila aku bicara
Tentang sebuah senyuman menarik mata
Tentang hati yang terlanjur merasa
Kekalutan namun bahagia
Tentang sebuah senyuman menarik mata
Tentang hati yang terlanjur merasa
Kekalutan namun bahagia
Untuk Apa
Untuk apa aku berdiri
Jika hanya menunggumu pergi
Untuk apa aku berhenti
Jika hanya menunggumu lari
Untuk apa aku meneduh lagi
Jika hujan telah membasahi
Jika hanya menunggumu pergi
Untuk apa aku berhenti
Jika hanya menunggumu lari
Untuk apa aku meneduh lagi
Jika hujan telah membasahi
Deretan Kata Tak Terbaca
Ada deretan kata
Yang penuh makna
Namun tak terbaca
Terselip di antara ribuan kalimat
Yang menyimpul di sudut bibir
Yang penuh makna
Namun tak terbaca
Terselip di antara ribuan kalimat
Yang menyimpul di sudut bibir
Kebodohanku
Aku terlalu naif
Sebab aku beringsut
Mendekati kebodohan
Yang membahagiakanku
Yang menelanjangi senyumku
Sebab aku beringsut
Mendekati kebodohan
Yang membahagiakanku
Yang menelanjangi senyumku
Subscribe to:
Posts (Atom)