Tuesday, August 18, 2020

Sawah yang Hilang


Wahai negeriku yang agraris.

Seharusnya kau mulai menangis.

Sebab takut, lapar akan melanda tragis.


Negeri yang subur.

Tanahnya mudah ditandur.

Kini lambat laun meradang gersang.

Sawahmu hilang,

ditelan oleh zaman.

Digantikan tembok-tembok properti,

membatukan sawah, menyuburkan perumahan.


Kini,

di negeri tercinta ini.

Bisnis rumah telah menggantikan produksi beras.

Kisah petani sudah lama tergilas.

Sapi dan kerbau pun tak lagi membajak sawah,

sebab besi dan beton telah membajaknya.


Lucunya,

Pemerintah seperti linglung.

Membiarkan bisnis properti mendulang untung.

Merampas lahan petani dengan iming-iming uang.

Lalu, mencetak sawah baru katanya peluang.

Hanya saja,

Bukan untuk petani,

melainkan ladang uang bagi pemilik modal.


Negeriku, memang suka dagelan.



Jakarta, 18 Agustus 2020



0 comments:

Post a Comment

© 2009 - Galeri Puisi, All Rights Reserved.

Designed by Galeri Puisi