Galeri Puisi

Friday, October 1, 2021

Puisi: Cicak Telah Mati



Dulu engkau kukagumi

Wahai cicak yang berada di sangkar buaya

Ekormu selalu tumbuh lagi

Meski sering putus digigit buaya

Terus menerus terulangi

Semangatmu adalah harapan negara

Di tengah badai dan budaya korupsi

Engkau tangguh berdiri bak punya banyak nyawa


Dulu, kau adalah obat

Penyakit birokrasi yang telah sekarat

Sebab kanker "nguntit duit rakyat"

Sudah susah kembali sehat


Kini, kau telah mati

Setelah diracun berkali-kali

Meski kami bantu dengan petisi

Nyatanya nyawamu tetap dihabisi

Oleh skenario yang begitu rapi dan penuh ambisi

Kematianmu, duka mendalam bagi kami


Oh cicak yang berteguh hati

Selamat tinggal dan sampai berjumpa lagi



Jakarta, 01 Oktober 2021

Baca >>

Saturday, August 28, 2021

Puisi: Cinta Terlampau Rumit

 


Tenggelam ragaku

Di antara gedung-gedung pencakar langit

Bergulat dengan cinta yang rumit

Mencintai hidup atau duit

Keduanya menjagaku tetap bangkit

Mengetuk-ngetuk jiwa yang telah lama sakit

Karena lelah memikul beban selangit

Serta bertahan dalam kondisi yang sulit

Terhimpit

Mewujudkan mimpi orang yang berduit

Sementara mimpiku sendiri, 

Hanya termanifestasi dalam kredit


Aku mencintaimu wahai mimpi yang rumit

Siang malam sudah tak mampu ku menjerit

Sebab pagi ada harapan duit

Meski harus ku awali dengan kopi pahit

Energi romusha-ku selalu bangkit



Jakarta, 28 Agustus 2021


Baca >>

Friday, September 25, 2020

Puisi: Jangan Bloon

Hidup jangan hanya menonton

Sudah begitu, monoton

Jangan sampai jadi bloon

Sebab hidup seharusnya move on


Jakarta, 25 September 2020

Baca >>

Thursday, September 24, 2020

Motivasi: Tentang Ketekunan


Ketekunan itu seperti air

Di udara terhempas angin

Di lautan terombang-ambing

Tetapi meskipun hanya tetesan kecil

Jika terus-menerus, batu yang keras sekalipun lapuk olehnya.


Ketekunan itu seperti waktu

Kian hari kian bertambah

Tidak pernah berkurang atau berjalan mundur

Melangkah maju, meski hari ini tidak membuahkan hasil

Meski hari ini terlalu banyak kegagalan


Ketekunan itu seperti mendaki gunung

Berat dan susah ketika mendaki

Hanya sebentar mampir di puncak

Dan lalu turun lagi

Gunung apa lagi yang akan kau daki?



Jakarta, 24 September 2020

Baca >>

Saturday, September 19, 2020

Dunia dalam Kata-kata



Di saat dunia sedang dilanda bencana,

telah banyak nyawa terenggut olehnya.

Lalu tuan seenaknya saja,

cuan, cuan, dan cuan, masih jadi topik utama.

Dan masih,

banyak yang bersorak gembira mendukung anda.

Hmmm,

harus kubuktikan dengan apa lagi supaya mereka melihat kecacatan moral itu?

Aku sudah tak bisa merasa, 

haruskah aku menyesal atau sedih atau kesal atau bahkan bahagia, 

semua itu tak akan mengubah dirimu yang bertahta tapi tak berkuasa.

Amarahmu hanya tipu daya belaka, 

hanya cukup sebagai bensin media, 

bukan sebuah kerja, kerja, kerja yang nyata.

Nyatanya kita terbuai oleh kata, bukan bukti nyata.

Ah sudahlah, 

kubur saja khayalanmu, 

tentang menyalip di tikungan dan melesat maju, 

itu hanya bunga tidur yang kau igaukan.

Kau terlalu sering mengigau dan kami sering berbunga-bunga.

Kita, tak ada beda, masih dalam harmoni yang sama. 


Jakarta, 19 September 2020





Baca >>

Cinta Itu Tak Terbatas



Jika cinta itu terbatas
Lalu kenapa ia bebas
Datang begitu deras
Tanpa melihat apakah itu pantas

Jika cinta itu terbatas
Aku ingin mencintaimu saja
Sebab padamu, cintaku tak terbatas


Jakarta, 19 September 2020 
Baca >>

Friday, September 4, 2020

Kekasih Jangan Menyerah

Puisi-kekasih-jangan-menyerah

Kekasih, 

Jika kamu rindu

Kamu jangan menyerah

Jika kamu sedih

Kamu jangan menangis


Sebab, aku masih di sini untukmu

Dan hanya untukmu



Jakarta, 04 September 2020

Baca >>

Tuesday, August 18, 2020

Sawah yang Hilang


Wahai negeriku yang agraris.

Seharusnya kau mulai menangis.

Sebab takut, lapar akan melanda tragis.


Negeri yang subur.

Tanahnya mudah ditandur.

Kini lambat laun meradang gersang.

Sawahmu hilang,

ditelan oleh zaman.

Digantikan tembok-tembok properti,

membatukan sawah, menyuburkan perumahan.


Kini,

di negeri tercinta ini.

Bisnis rumah telah menggantikan produksi beras.

Kisah petani sudah lama tergilas.

Sapi dan kerbau pun tak lagi membajak sawah,

sebab besi dan beton telah membajaknya.


Lucunya,

Pemerintah seperti linglung.

Membiarkan bisnis properti mendulang untung.

Merampas lahan petani dengan iming-iming uang.

Lalu, mencetak sawah baru katanya peluang.

Hanya saja,

Bukan untuk petani,

melainkan ladang uang bagi pemilik modal.


Negeriku, memang suka dagelan.



Jakarta, 18 Agustus 2020



Baca >>

Tuesday, August 4, 2020

Badai Pasti Berlalu



Badai pasti datang
mengombang-ambingkan perahu
takut dan ragu pasti mendera kalbu.
Tetapi,
yakinlah
badai pasti akan berlalu.


Jakarta, 04 Agustus 2020
Baca >>

Wednesday, July 22, 2020

Senja dan Cerita



Senja adalah cerita indah yang selalu tertunda, 
sebab ia segera sirna, 
sementara kita masih mengeja kata-kata,
tertahan risau yang menganggu jiwa.

Lupakan aku, lupakan aku


Jakarta, 22 Juli 2020
Baca >>

Sunday, May 31, 2020

Waktu



Waktu

Adalah penjara abadi

Yang tak pernah kita sadari

Menahan wujud kita dalam dimensi searah

Memaksa kita menuju ke titik berikutnya

Dimana mustahil untuk kembali ke titik sebelumnya


Waktu

Mencegah kita mengintip hari esok

Mencegah kita mengacaukan masa lalu

Mengurung kita sekarang

Entah dalam penyesalan

Atau rencana-rencana khayalan


Wahai Tuan Waktu

Kami berserah padamu



Jakarta, 31 Mei 2020

Baca >>

Saturday, February 1, 2020

Terpenjara



Rindu ini menyiksaku
Menahanku pada rasa
Bersalah atau bahagia
Tak dapat dibedakan lagi
Walau pasti akan bertemu

Rindu ini menyiksaku
Menahanku pada kamu
Yang sekarang masih dalam angan-angan
Masih dalam harapan
Yang sebentar lagi mungkin terucap
Atau hilang begitu saja
Tak layak untuk dibalas ataupun dibahas



Jakarta, 1 Februari 2020
Baca >>

Tuesday, January 21, 2020

Memelihara Lupa



Sejak waktu membuat kita lupa
Banyak cerita yang tak memiliki suasana
Atau hanya bagian semu
Sebatas khayalan di dalam halusinasi kita

Kita,
Mencoba membuat segala hal tampak sederhana
Kenyataannya, aku masih terluka
Tak terkecuali kamu jua

Kita,
Lebih suka memelihara lupa
Sampai api menjadikanmu abu
Sampai tanah melahap ragaku
Sampai waktu meninggalkan kita



Jakarta, 21 Januari 2020
Baca >>

Thursday, November 14, 2019

Manusia Setengah Jiwa


Setengah jiwaku telah lama pergi
Mengejar mimpi, katanya pasti
Mengejar surga dengan emosi
Kecantikan bidadari telah menggoyahkan hati

Aku, mengatur takdir setelah mati


Jakarta, 14 November 2019
Baca >>

Tuesday, November 12, 2019

Buih yang Menguap


Waktu itu kita tak sedang saling membenci
Bertukar asa dan intuisi
Melepas rindu tanpa basa-basi
Kita, berada dalam harapan yang berefleksi

Lalu, waktu hanyalah buih yang menguap
Menghalau pelangi meninggalkan lembab
Tak terasa, kita sekarang terjerembab
Dalam benci yang mendekap

Mungkin, esok kita kembali bercakap


Jakarta, 12 November 2019
Baca >>

© 2009 - Galeri Puisi, All Rights Reserved.

Designed by Galeri Puisi