Dikala aku menemuimu
Aku bagai debu dan bagai api
Aku debu yang siap menyelimuti hatimu dengan debu lembutku,
Perhatianku.
Aku juga api yang siap menghangatkan setiap lekuk tubuhmu,
Memelukmu.
Aku tahu aku api yang semakin panas
Aku tahu aku debu tanpa api, tertiuplah aku
Tapi kau sesekali jadi api
Dan aku hanya debu
Dan apakah karena aku debu dan kau api, hingga aku tak dapat menghidupkanmu?
Sampai suatu saat
Aku ingin aku debu yang menghidupkan api
Menjadi kewajiban atas perjuanganku
Berjalan di atas api memegang debu
Takkan terhambur debuku di atas api
Akulah api yang meninggalkan debu
Membiarkannya tertiup angin kecil
Yang membawanya tanpa alasan padamu
Sampai suatu saat
Akulah,
Bara-bara api takkan padam oleh debu, tapi bernafas dalam debu
Dalam kewajibanku padamu atas debuku
Aku bagai debu dan bagai api
Aku debu yang siap menyelimuti hatimu dengan debu lembutku,
Perhatianku.
Aku juga api yang siap menghangatkan setiap lekuk tubuhmu,
Memelukmu.
Aku tahu aku api yang semakin panas
Aku tahu aku debu tanpa api, tertiuplah aku
Tapi kau sesekali jadi api
Dan aku hanya debu
Dan apakah karena aku debu dan kau api, hingga aku tak dapat menghidupkanmu?
Sampai suatu saat
Aku ingin aku debu yang menghidupkan api
Menjadi kewajiban atas perjuanganku
Berjalan di atas api memegang debu
Takkan terhambur debuku di atas api
Akulah api yang meninggalkan debu
Membiarkannya tertiup angin kecil
Yang membawanya tanpa alasan padamu
Sampai suatu saat
Akulah,
Bara-bara api takkan padam oleh debu, tapi bernafas dalam debu
Dalam kewajibanku padamu atas debuku
0 comments:
Post a Comment