Aku senang karena aku berpikir
Aku sedih karena aku berpikir
Dan apakah aku sesat jika aku
bepikir?
Bukankah kebenaran itu ada di
akalmu?
Kenapa aku harus menerima dogma
yang penuh kepalsuan itu
Doktrin-doktrin yang aku tak
mampu memikirkannya
Bahkan selalu ganjil
Dan menutup semua akal
Padahal, akal adalah warisan
dari keabadian
Menjelma dalam kelahiran kita
untuk mencari
Dimana keabadian itu, yang
meski pelik
Namun harusnya akal sampai
padanya
Bukan berarti kita mengakali
akal kita, dan akal mereka.
Aku akan terus berpikir
Karena keabadian telah menyusup
dalam realitas
Tangannya telah berbuat atas
kodratnya
Meski sungguh hina jika
mewujudkan keabadian itu dalam realitas
Karena sungguh kita hanya akan
menua
Dan melepas akal kita menuju ke
keabadian
Yang jauh dari akal kita.
Sia-sialah jika kita telah
terkurung
Terjerat kata-kata
Yang dalam kekosongan rasa,
akal menolaknya.
Biarkan hatimu bertanya
Dan terus bertanya
Dimana keabadian itu
Maka karyanya akan memanggilmu.
0 comments:
Post a Comment