Pagi yang berembun
terasa lama ia mendinginkan,
lalu terlupa oleh sengatan panas mentari.
Kami pun segera berjalan beriringan,
dalam garis batas bumi dan langit,
di bawah lengkung cahaya keemasan mentari pagi.
Dimana kami terus berucap,
tentang Tuhan,
kebesaran-Nya,
kesucian-Nya,
kesombongan-Nya,
ketidakmanusiawian-Nya,
kesewenang-wenangan-Nya.
Inilah energi,
yang memancar dari setiap kilauannya,
menghalau sendi untuk segera bergerak,
mencari keabadian.
Dan kami lupa bahwa esok kami mati,
bersama lantunan doa-doa,
dalam kobaran api suci.
terasa lama ia mendinginkan,
lalu terlupa oleh sengatan panas mentari.
Kami pun segera berjalan beriringan,
dalam garis batas bumi dan langit,
di bawah lengkung cahaya keemasan mentari pagi.
Dimana kami terus berucap,
tentang Tuhan,
kebesaran-Nya,
kesucian-Nya,
kesombongan-Nya,
ketidakmanusiawian-Nya,
kesewenang-wenangan-Nya.
Inilah energi,
yang memancar dari setiap kilauannya,
menghalau sendi untuk segera bergerak,
mencari keabadian.
Dan kami lupa bahwa esok kami mati,
bersama lantunan doa-doa,
dalam kobaran api suci.
0 comments:
Post a Comment