Ketika pagi menjelang,
beranjak meninggalkan tempat tidurmu,
dan bersetubuh dalam genggaman cemas akan takdir hari ini.
Semangat yang nyaris tiada henti
mencumbui raga yang mengenyangkan perutmu.
Sedang jiwamu meronta,
meraung, menahan lapar,
semakin membuatmu merasa nyaman,
bersenggama dengan kelupaan.
Berlari pula mengejar sang waktu yang meneteskan peluh kefanaan.
Di hadapmu hanyalah seonggok cita-cita dunia yang menjadi sampah.
Lalu suatu saat menoleh ke belakang,
melihat jejak langkah yang melukis penyesalan.
Bilamana terbangun di saat nyawa sudah berada di ubun-ubun.
beranjak meninggalkan tempat tidurmu,
dan bersetubuh dalam genggaman cemas akan takdir hari ini.
Semangat yang nyaris tiada henti
mencumbui raga yang mengenyangkan perutmu.
Sedang jiwamu meronta,
meraung, menahan lapar,
semakin membuatmu merasa nyaman,
bersenggama dengan kelupaan.
Berlari pula mengejar sang waktu yang meneteskan peluh kefanaan.
Di hadapmu hanyalah seonggok cita-cita dunia yang menjadi sampah.
Lalu suatu saat menoleh ke belakang,
melihat jejak langkah yang melukis penyesalan.
Bilamana terbangun di saat nyawa sudah berada di ubun-ubun.
0 comments:
Post a Comment