Sejak kamu menolak
Mengabaikan rasa sakitmu
Meninggalkan jiwamu
Tanpa dendam yang pantas aku dapatkan
Cukup membiarkan saja
Tetesan air hujan yang membasahi rambutmu
Tanpa merasa kedinginan
Dan tanpa perlu payung yang meneduhkan
Kamu kira aku sudah mati
Tenggelam dalam lumpur hitam
Kamu kira aku sudah lenyap
Sapaan yang makin tak terdengar
Balasannya.
Kamu kira aku sudah basi
Bersama lalat-lalat yang tak menarik
Di matamu.
Kamu kira aku sudah patah
Jemari yang kaku untuk menulis
Keindahanmu.
Kamu kira aku sudah hanyut
Dalam setiap cerita yang aku ingin membuatnya
Namun, semua tidak selesai
Beberapa bagian akhir ada di tanganmu
Mungkin melati tak kan tumbuh
Di hamparan hatimu lagi
Sementara batangnya sudah layu
Kering dalam genggamanku
Sampai suatu saat yang aku ingin di sana
Mengabaikan rasa sakitmu
Meninggalkan jiwamu
Tanpa dendam yang pantas aku dapatkan
Cukup membiarkan saja
Tetesan air hujan yang membasahi rambutmu
Tanpa merasa kedinginan
Dan tanpa perlu payung yang meneduhkan
Kamu kira aku sudah mati
Tenggelam dalam lumpur hitam
Kamu kira aku sudah lenyap
Sapaan yang makin tak terdengar
Balasannya.
Kamu kira aku sudah basi
Bersama lalat-lalat yang tak menarik
Di matamu.
Kamu kira aku sudah patah
Jemari yang kaku untuk menulis
Keindahanmu.
Kamu kira aku sudah hanyut
Dalam setiap cerita yang aku ingin membuatnya
Namun, semua tidak selesai
Beberapa bagian akhir ada di tanganmu
Mungkin melati tak kan tumbuh
Di hamparan hatimu lagi
Sementara batangnya sudah layu
Kering dalam genggamanku
Sampai suatu saat yang aku ingin di sana
0 comments:
Post a Comment