Friday, February 1, 2013

Kau Pilih Dia

Pelangi yang indah itu kini tertiup angin kencang,

Riuh,

Kabut hitam menampak di segala pandang

Dan sepi menusuk-nusuk tulang

Mengiris-iris daging ini

Menghentikan setiap aliran darah di penghujung sel-sel kaku

Hanyalah, air mata yang masih mengalir deras

Sementara detak jantung tak selaras lagi

Hati pun hanya menganga, melihat segala risau

Yang masih tersimpan rapi dalam bungkus harapan kado

Seakan tak pernah terbaca oleh matanya

Dan selalu,

Harus cukup puas dengan segala tangis yang entah hentinya

Sampai-sampai,

Alirannya telah menjadi lautan

Yang menenggelamkan kenestapaan

Tenggelam,

Segalanya telah tenggelam

Dan otak masih berpikir

Tentang hati yang bertanya-tanya:

“Dimana aku akan bertemu siang dan malam lagi?”

0 comments:

Post a Comment

© 2009 - Galeri Puisi, All Rights Reserved.

Designed by Galeri Puisi