Pelangi yang indah itu kini tertiup angin kencang,
Riuh,
Kabut hitam menampak di segala pandang
Dan sepi menusuk-nusuk tulang
Mengiris-iris daging ini
Menghentikan setiap aliran darah di penghujung sel-sel kaku
Hanyalah, air mata yang masih mengalir deras
Sementara detak jantung tak selaras lagi
Hati pun hanya menganga, melihat segala risau
Yang masih tersimpan rapi dalam bungkus harapan kado
Seakan tak pernah terbaca oleh matanya
Dan selalu,
Harus cukup puas dengan segala tangis yang entah hentinya
Sampai-sampai,
Alirannya telah menjadi lautan
Yang menenggelamkan kenestapaan
Tenggelam,
Segalanya telah tenggelam
Dan otak masih berpikir
Tentang hati yang bertanya-tanya:
“Dimana aku akan bertemu siang dan malam lagi?”
0 comments:
Post a Comment