Saturday, October 8, 2011

Saat Lelahku

Aku lelah
Aku ingin bebas
Lepas dari semua tali perasaan ini
Yang kian hari makin menyayat hati

Aku lelah
Seperti pion-pion catur
Menunggu otak picik menggesernya
Lama, dan menyiksa batin
Dalam kurungan panci bertekanan

Aku lelah
Ingin berlari dari kebodohan ini
Dari tirani ini
Manipulasi hidup dari perasaan
Yang sebenarnya hampa
Tapi menutup semua lubang kesempatan

Aku lelah
Aku ingin ibuku ada
Mencium keningku ketika gundah
Mengokohkan lagi hati ini
Mengusap kering air mata ini
Ibu,
aku rindu
Baca >>

Saturday, September 10, 2011

Relikui Kehidupanku

Alangkah baik jika aku berdiri
Mematahkan keraguan hati
Merangkai langkah yang pasti
Biarpun kaki ini tak berdiri tegak
Badan pun sempoyongan
Namun fikirku sudah terpatri
Dan bersiap untuk berlari

Ku berlari
Mengejar cinta sejati
Membuang ketakutan hati
Samurai di kanan, pistol di kiri
Menerjang semua penghalang

Semangatku tak padam-padam
Seperti api yang menyala-nyala
Meski diterjang air dingin
Aku tak kan beku
Diterjang badai api
Aku tak kan meleleh
Aku adalah energi
Yang tak pernah mati

Sampai aku hilang sinar
Dalam gelap aku memandang
Ragaku tak terasa lagi
Seakan ruh sudah pergi
Dan aku tak mau mati
Hatiku pun kembali
Menunutun dalam sejuknya iman
Sebuah lilin dalam gelap, gersang

Aku kembali
Menata lagi puing-puing harapan
Dan aku tak kan takut
Aku siap jatuh lagi
Baca >>

Wednesday, August 3, 2011

Jalan-Mu

Alunan nada yang melambai
Melantunkan syair indah

Ketika jiwa ini kering
Meradang panas tanpa iman
Kesejukan lantunan qur'an yang merindukan
Hati ingin meraihnya

Hari yang begitu lekas pergi
Tak sedikitpun tinta kebaikan
Tergores dalam kertas amal
Lalu,
Masihkah Tuhan memberi tangan-tangan dingin-Nya
Memberi salju penyejuk dan pengampunan

Betapa sombong diri ini
Melangkah di bumi ini dengan mendangak
Memamerkan bunga-bunga kekayaan
Gengsi yang begitu mencuat
Mengalahkan hasrat untuk mengingat-Nya

Dan ketika hati ini tersentuh
Kenapa tak ada daya untuk mengubahnya
Mengukir kembali mutiara iman
Tuhan,
Beri aku kekuatan untuk membunuh nafsuku
Menegakkan megahnya nama-Mu
Mengagungkan kebesaran-Mu
Kembali ke jalan-Mu
Baca >>

Monday, June 13, 2011

Lelap

Lelap
Adalah lalai
Maka sebut cintamu
Yang mengasihimu
Ketika kamu putih
Ketika kamu hitam
Bahkan abu-abu

Lelap
Adalah sesal
Maka bukalah urat sarafmu
Untuk menerima kenyataan
Menghela nafas yang besar
Dan melangkah tegap

Namun, Terbuai dalam lelap
Tidur yang sepi
Otakmu kosong
Jiwamu kering
Telingamu tuli
Tengok sekelilingmu, ketika
Semut-semut sudah memanggul gula dari gelasmu
Lalu apakah kau tetap menatap mukamu begitu saja
Baca >>

Friday, June 10, 2011

Cacing - Cacing

Adalah sebab
Tak tertebak
Mengghalau asa
Menulis prosa
Tentang apa yang tak terasa

Ada juga maya
Semu tak bernyawa
Membalikkan rasa
Membayang hitam menutup hati
Mungkin tak terbenahi
Sampai kau temukan diri

Ini megah, warna warni
Retorika hidup yang menggembirakan hati
Semua serba judi
Tak ada kata suci

Kita sama-sama mati
Tak acuh dengan cacing-cacing malang
Melindas dengan sepatu janji
Sampai cacing-cacing itu menggeliat sakit
Di bawah terik
Berselimut dingin malam

Bahkan, iba tak tumbuh-tumbuh
Keserakahan menghentikan nadi
Mengalirkan darah pencuri
Mendetakkan jantung kesombongan
Baca >>

Thursday, June 2, 2011

Potret Jakarta

Langkahmu gontai
Menyeret kaki derita
Mata yang kosong
Menatap kehampaan

Langkahmu lesu
Menggendong sarat beban
Tangan yang kotor
Menengadah dalam harapan

Suram,
Kabut hitam tak kunjung terang
Jalan batu tak kunjung aspal
Tebing curam tak kunjung landai
Awan pun tak segera menetes
Tak ada gerimis kehidupan

Malam ini tak bisa tidur
Hujan menderu deras
Kolong jembatan tak kasih kehangatan lagi
Merangkak-rangkak ku dalam kegelapan
Mencari kardus kusam
Berharap akan ada kehangatan

Sepintas terlihat gedung di seberang
Apartemen terlihat terang
Berhias lampu keemasan
Mungkin, disana Pak Bejo sedang tidur
Dibalik selimut tebal
Terlentang tanpa beban
Dikerumuni kupu malam
Lupa, yang dibawah kolong jembatan

Baca >>

Tuesday, May 31, 2011

Garuda

Kini kau meradang
Bulu-bulumu tercabut hilang
Tak bisa terbang
Membawa bangsa ini menuju bintang

Kau sudah loyo
Kaki-kakimu yang kuat
Kini mulai rapuh
Tak mampu lagi menggenggam erat kebhinekaan

Tubuhmu yang dulu kekar
Matamu yang dulu tajam
Bulu-bulumu yang bersinar
Semua lenyap
Musnah
Bahkan, perisai di dadamu yang kokoh
Kini roboh oleh zaman

Garuda,
Kini kau simbol belaka
Sebuah patung tak bermakna
Disia-siakan, perjuanganmu dicibirkan
Baca >>

Jiwamu Hilang

Dulu kau diagungkan
Nilaimu ditinggikan
Refleksi dari pribadi
Bangsaku, negaraku

Sekian lama kau bersemayam
Dalam tubuh bangsa ini
Berharap menjadi jati diri
Tapi,
Tak kunjung jadi

Kini kau semakin hilang
Hanya semboyan di kemajuan zaman
Nilaimu tak hidup lagi
Hanya,
Sekedar frasa-frasa mati

Kau tercipta dari pengorbanan
Tapi hilang
Dalam kelalaian

Bangsaku kini bimbang
Berjalan tanpa pegangan
Mengarungi hidup kekacauan
Intoleransi, Eksklusifisme,
Liberalisme, Kapitalisme,
Invidualisme, Hedonisme
Telah menghapus jiwamu
Baca >>

Monday, May 30, 2011

Di Halte Busway itu

Dalam penantianmu
Harap-harap cemas
Menunggu armada biru

Sesekali kau tengok waktu
Dalam  lingkaran indah di lenganmu
Cemas semakin menderu
Mengikuti laju sang waktu

Tak sempat melihat aku
yang tak pernah lepas dari pandangku
Berharap waktu tak melaju
membiarkan
Aku di sampingmu

Wahai gadis di halte busway itu
Biarkan aku menulismu
Keindahan senyummu
Kejernihan matamu
berhias lentik lingkaran ayu
Wajah yang mendispersikan cahaya anggun
Oh indah,
Menggodaku
Baca >>

Pengkhianat Cinta

Tak sedikitpun tersisa
Melati yang indah
Kini jadi serigala pembual cerita
Seperti lonte penjual raga

Kini ku ambil lagi batu itu
Batu yang hampir terukir indah
Tapi kau remukkan dengan palu kepalsuan
Tak sudi ku labuhkan lagi
Dalam asamu
Dalam bualanmu, yang
Hanya ingin menggores luka
Bukan ukiran cinta

Dasar idiot
Bego
Ku beri cinta, kau balas nista

Kuakui
Narasimu sungguh indah
Seakan besar harapan cinta
Cinta yang kau buat opera
Sandiwara di atas panggung nyata
Menangis untuk dusta
Tertawa dalam kelicikan

Kau
Wanita jalang
Pencari cinta lelaki
Sekedar,
Penikmat nafsu birahi
Baca >>

Sunday, May 29, 2011

Melatiku Cahayaku

(Untuk yang Jauh di Mata)

Saat hati meradang perih
Kau datang membawa air
Air yang jernih, mengalir, mengusir kegundahan ini
Membunuh ragu ini
Membawaku ke lereng terjal
Untuk kembali ke jalan Illahi
Dan berharap jatuh di lembah surgawi

Saat lidah membeku kaku
Kau datang ucapkan salam
Kau tarik aku ke dalam track yang benar
Kembali menyebut nama_Nya

Saat mata tertutup debu hitam
Kau datang membawa lilin iman
Menerangiku ketika hilang
Menyadarkanku di persimpangan jalan,
Jalan menuju sebuah titik
Titik kesuksesan

Kau Cahayaku
Datang membawa nafas segar
Keharuman melati cinta
Yang menyejukkan dadaku
Menetralkan listrik cintaku

Melatiku,
Kau suntikkan darah segar di nadiku
Menguatkan detak jantungku
Menyeimbangkan Ph cintaku

Ya tuhan,
Jangan biarkan cahaya itu pergi
Biarkan aku slalu melihatnya
Biarkan aku slalu mendengarnya
Biarkan aku menjaganya
Biarkan cahaya itu ada,
dalam setiap sel tubuh ini

Dan bisa ku genggam
Sampai nanti
Sampai ku kembali
Menghadap_Mu,
Ke Surga_Mu
Bersama melatiku
Baca >>

Kado Untukmu

Waktu itu t'lah lewat
Berdentang , melangkah, dan pergi
Tapi aku datang
Membawa energi baru
Energi untuk melatiku

Memberi spirit baru
Melepas lelah itu
Letih hati itu
Kini t'lah berlalu

Ini untukmu
Kau beri ruang di hati
Ku letakkan sebuah batu
Yang di situ, kita kan ukir sebuah kisah
Bukan imajinasi, atau ilusi
Tapi ini intuisi
Bagaikan institusi yang menggores citra indah
Membangun cinta, membuang  sedih

Kini batu itu t'lah terukir kecil
Berharap jadi prasasti
Yang tertulis indah tentang kita

Dan aku, takkan membelah batu itu
Karena itu nyawaku
Yang takkan ku pindah
Ke halaman yang lebih indah
Karena ku tak mau,
Dan kau pun tak mau
Baca >>

Ku Petik Melati itu

Di antara semak-semak
Kaulah terindah
Tak bisa mengelak
Ku telah melihatmu

Membayang indah di otakku
Mengawal mimpi-mimpi baruku
Yang sekian ini t'lah lenyap dari tidurku

Mata hati memandangmu
Wahai melatiku
Mengapa engkau belum mekar juga
Mencemaskan imajinasiku

Tapi ku t'lah melangkah
Beberapa jengkal mendekatimu
Dan ku t'lah memetikmu
Ku bawa kau pulang bersama senyumku

Ku sirami dengan cintaku
Ku sinari dengan sayangku
Ku harap kau segera mekar
Menampakkan wajah indahmu
Baca >>

Melati

Coba untuk memahami
Bunga yang indah namun tersembunyi
Begitu wangi walau itu tak pasti

Bunga yang selalu memberi harapan
Akan indah esok hari
Membawa pesan penuh ekspresi
Membawa kesan penuh puisi

Kau datang bagai pelangi
Menghias indah setiap sudut
Sudut kehidupan
Tertampak di monitor ini

Hati yang bening
Selalu terpancar dalam gaya pesanmu
Membuat sejuk rasa sadarku
Memaksa bibir tersenyum senang

Kau adalah bunga yang belum mekar
Tertutup kelopak nan membuai hati
Sembunyikan mata indahmu
Sembunyikan senyum manismu

Ku harap kau mekar esok hari
Menampakkan warnamu yang indah
Menebar baumu yang wangi
Menarik senyum itu
Yang kau sembunyikan di balik monitor ini
Dan mengatakan
Akulah bunga melati itu
Baca >>

Di Pojokan Kelas itu

Hujan deras sekali
Melegakan dahaga bumi
Menutup rongga-rongga kematian
Menyeret tanah-tanah kering
Memaksa burung kecil mencari tempat sembunyi

Hujan deras sekali
Kenangan itu teringat lagi
Saat di pojok kelas yang menggigil
Melihat elok setiap gerak bibirmu

Hujan deras sekali
Ku ingin di pojokan kelas itu lagi
Rasakan hangat tubuhmu
Rasakan indah bersamamu

Hujan deras sekali
Memori ini sulit ku hapus
Saat ku peluk mesra tubuhmu
Di pojokan kelas itu

Hujan deras sekali
Meneteskan air kenangan
Yang menyaksikan cerita kita
Di pojokan kelas itu

Hujan deras sekali
Mengalirkan sebuah intuisi
Akan masa-masa indah itu
Di pojokan kelas
Kita bersembunyi
Baca >>

© 2009 - Galeri Puisi, All Rights Reserved.

Designed by Galeri Puisi